Third Trimester : What to Prepare ? What to Expect ?

First of all, posting ini bukan untuk sharing pengalaman tapi mungkin lebih ke sharing kekhawatiran saya yang baru hamil pertama yang sudah masuk ke trimester 3, nggak punya pengalaman apa-apa dan bahkan dulu gendong bayi aja suka takut (duhh....)
Saat ini usia kehamilan menginjak usia 33 week, dokter kandungan saya dr Aswin Wisaksono Sastrowardoyo yang dokternya tenang banget, di Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, belum pernah senam hamil, masih ngantor dan beraktifitas selayaknya sebelum hamil, baru berencana renovasi rumah, belum nyiapin apa-apa untuk bayi kecuali stroller dan baju bayi, belum punya storage baju dan keperluan bayi, belum olah raga jalan pagi atau berenang juga, birth plan ? boro-boro. Lengkap kan unprepare nya :'(

Jujur, saya bingung harus nyiapin apa buat proses melahirkan. Selama ini yang saya tau, yang harus disiapkan itu seputar hospital bag, dan babies equipment and clothes saja. Ternyata, setelah baca sana-sini salah banget!
Persiapan melahirkan itu sangat jauh lebih dari 'sekedar' nyiapin keperluan bayi dan ibu secara materi. Stroller model dan merek apa atau beli baju sleep suit berapa banyaknya hanya secuil kecil dari persiapan kedatangan anggota mungil baru di keluarga.
Ternyata banyak harus disiapkan, dan yang paling suka terlupakan itu terkait dengan mental. Yang pasti mental ibunya dan gimana support system-nya (suami, orang tua, mertua, keluarga, dokter, suster, rumah sakit, dll).

Berbekal baca tulisan orang sana-sini, ini adalah hal yang jadi check list saya untuk dikejar deadline nya dalam waktu kurang lebih 1 bulan ini :

1. Mulai senam hamil di rumah sakit.
2. Minta Hospital Tour di rumah sakit tempat akan melahirkan (termasuk bertanya tentang IMD, pemberian ASI/sufor di rumah sakit, sekamar atau tidak dengan bayi, dan juga detail biaya melahirkan tahun 2017)
3. Mulai mencari DSA (Dokter Spesialis Anak) di rumah sakit saya melahirkan. Saya tidak mau 'berserah diri' saat hari-H kelahiran dengan availability DSA di rumah sakit saat itu, jadi untuk ini saya akan mulai googling dan betul-betul mencari DSA yang menerapkan RUM (Rational Use of Medicine), tenang, sabar dan komunikatif, tidak 'menghakimi' tapi juga tidak 'menggampangkan', wajib pro ASI, dan yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri orang tua.
4. Mulai mencari rumah/klinik praktek DSA di daerah yang lebih dekat dengan rumah saya dan rumah orang tua dengan spesifikasi mirip diatas.
5. Mulai mencari tau dan konsultasi ke klinik laktasi dengan mengajak suami dan (kalau bisa) ibu juga, karena beberapa bulan awal kami akan tinggal dirumah orang tua saya. Rasanya butuh orang lain juga mendapat pemahaman yang sama mengenai laktasi dan pemberian ASI, dan biasanya ibu-ibu (baca: ibu saya) lebih percaya sama apa kata dokter dibanding anaknya hahahaha... 
6. Mengatur tata letak kamar untuk baby crib dan merapihkan lemari untuk storage baju bayi.
7. Mencari nanny (saya yakin ini PR besarrrr huhuhuhuuu... )
8. Mempelajari tentang ASIP dan mempertimbangkan apakah butuh freezer khusus atau tidak. Kalau iya, apakah beli atau sewa.
9. Bikin Birth Plan !
10. Cari nama untuk bayi. Iya, namanya belum ketok palu juga -_______-
11. Mencari tau lebih banyak dan list opsi-opsi kalau ada hal-hal tidak sesuai dengan idealisme yang diharapkan. 
Misalnya, kalau asinya tidak keluar opsinya gimana; Kalau ternyata bayinya kuning gimana; Kalau saat hari H kelahiran DSA nya mendadak berhalangan gimana; kalau tiba-tiba harus induksi/SC atau perubahan birth plan; dll.


Ada yang ketinggalan dipersiapkan nggak ya ?

Comments

Popular Posts